(PEMAKAIAN HURUF, PENULISAN KATA, PENULISAN HURUF KAPITAL, DAN HURUF
MIRING)
OLEH :
1. ANNAFI IKA T. (H1A115401)
2. RAFIQOH HUDA (H1A115222)
3. M. NABIL ASRAR (H1A115217)
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
sesuai waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh
keluarga dan sahabatnya.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia di
semester 2 tahun akademik 2016/2017.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya
banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya
kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua
pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Banjarmasin, 30 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN ...................................................................1
A.
Latar Belakang ......................................................................1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................1
C.
Tujuan ...................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN ......................................................................3
1.
Pemakaian Huruf ...................................................................3
2. Penulisan Kata ......................................................................10
C. Revisi
Kesalahan Penggunaan Ejaan .....................................13
BAB
III PENUTUP ................................................................................14
A.
Kesimpulan ............................................................................14
B. Saran ......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa
Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat Indonesia.
Seperti yang diketahui bahwa kegiatan komunikasi dimulai dari hal yang ingin
disampaikan oleh komunikator, kemudian dilanjutkan dengan mengolah gagasan atau
hal yang disampaikan komunikator sehingga hal yang disampaikan komunikator
tersebut dapat diterima oleh komunikan dengan tepat. Dengan demikian, sebagai
alat komunikasi, bahasa Indonesia harus mampu menyampaikan maksud komunikator dengan
tepat. Maksud atau amanat komunikasi ini bisa berupa
informasi tentang fakta, peristiwa, ungkapan ide, pendapat, perasaan,
keinginan, dan sebagainya. Hal-hal itu dituangkan dalam aspek kebahasaan yang
berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau paraton (komunikasi
lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi
(intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan.
Sebagai
bahasa yang hidup, bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi atau ragam-ragam,
yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam proses komunikasi (Sloka,
2006:118). Variasi-variasi tersebut sejajar, dalam pengertian tidak ada
yang lebih tinggi daripada yang lain. Salah satu variasi tersebut “diangkat”
untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Variasi tersebut dinamakan bahasa baku
atau standar. Variasi-variasi yang lain, yang disebut variasi nonbaku atau
nonstandard, tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai
alat komunikasi dalam situasi yang tidak resmi.
Bahasa
Indonesia yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa baku.Sebagai
bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan
ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya
meliputi penggunaan kata, dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata
bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan
aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu,
kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan. Dengan demikian, bahasa yang digunakan harus sesuai
kaidah-kaidah kebahasaan termasuk dalam penggunaan ejaan. Kesalahan penggunaan bahasa
bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda antara orang yang satu dengan yang
lainnya.
Oleh karena itu, melihat pentingnya penggunaan
ejaan dengan tepat seperti yang telah disampaikan diatas, maka dalam makalah
ini penulis akan memaparkan tentang analisis kesalahan penggunaan ejaan.
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana
pemakaian huruf kapital yang benar?
2. Bagaimana penulisan kata yang benar?
3. Bagaimana penulisan huruf kapital dan huruf miring yang benar?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pemakian huruf kapital yang benar.
2. Untuk
mengetahui penulisan kata yang benar.
3. Untuk
mengetahui penulisan huruf kapital dan huruf miring yang benar.
II. PEMBAHASAN
1. Pemakaian Huruf
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam
ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf di sertakan
disebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A
|
a
|
a
|
J
|
j
|
je
|
S
|
S
|
es
|
B
|
b
|
be
|
K
|
k
|
ka
|
T
|
T
|
te
|
C
|
c
|
ce
|
L
|
l
|
el
|
U
|
U
|
u
|
D
|
d
|
de
|
M
|
m
|
em
|
V
|
V
|
fe
|
E
|
e
|
e
|
N
|
n
|
en
|
W
|
W
|
we
|
F
|
f
|
ef
|
O
|
o
|
o
|
X
|
X
|
eks
|
G
|
g
|
ge
|
P
|
p
|
pe
|
Y
|
Y
|
Ye
|
H
|
h
|
h
|
Q
|
q
|
ki
|
Z
|
Z
|
Zet
|
I
|
i
|
i
|
R
|
r
|
er
|
|
|
|
B.
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa
Indo- nesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
a
|
api
|
padi
|
lusa
|
c*
|
enak
|
petak
|
sore
|
|
emas
|
kena
|
tipe
|
i
|
itu
|
simpan
|
murni
|
o
|
oleh
|
kota
|
radio
|
u
|
ulang
|
bumi
|
ibu
|
*Dalam pengajaran lafal kata, dapat
digunakan tanda aksen jika
ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri. |
C.
Huruf Konsonan
Huruf
yang melambangkan konsonan
dalam bahasa Indonesia
terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p. q,
r,
s, t, v, w, x, y, dan
z.
Huruf
Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
b c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q** r
s
t v w
x** y
z
|
bahasa cakap
dua fakir guna hari jalan kami
–
lekas maka
nama pasang Quran
raih sampai
tali
varia wanita
xenon yakin zeni
|
sebut kaca ada kafir tiga saham manja paksa rakyat* alas
kami
anak
apa Furqan bara
asli
mata lava hawa
–
payung lazim
|
adab
–
abad maaf balig tuah mikraj sesak bapak*
kesal diam
daun
siap
–
putar lemas rapat
–
–
–
–
Juz
|
* Huruf
k di sini melambangkan bunyi hamzah.
**
Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
D. Huruf Di ftong
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.
Huruf
Diftong
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
ai
au
oi
|
ain
aula
–
|
syaitan saudar
boikot
|
pandai harimau amboi
|
E.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam
bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf
yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny,
dan sy.
Gabungan Huruf Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
kh
ng ny
sy
|
khusus ngilu
nyata syarat
|
akh
ir bangun
hanyut isyarat
|
tarikh
senang
–
Arasy
|
F. Pemenggalan Kata
1.
Pemenggalan kata pada
kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika
di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
ma-in sa-at bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua
huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada huruf
konsonan, ter- masuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah
huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak
|
ba-rang
|
su-lit
|
la-wan
|
de-ngan
|
ke-nyang
|
mu-ta-khir
|
|
|
c. Jika di tengah kata ada dua huruf
kosonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan
itu. Gabungan- huruf konsonan
tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di som-bong swas-ta makh-luk
cap-lok Ap-ril bang-sa
d. Jika
di tengah kata ada tiga buah huruf konso-
nan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men ul-tra
in-fra bang-krut
ben-trok ikh-las
2.
Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, terma- suk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an me-rasa-kan
mem-bantu pergi-lah
Catatan
:
a. Bentuk dasar pada kata
turunan sedapat- dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak dipenggal. (Lihat juga ke- terangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal
E, Ayat 1.)
c. Pada kata
yang berimbuhan sisipan, pemeng- galan kata dilakukan sebagat berikut.
Misalnya:
te-lun-juk
si-nam-bung
ge-li-gi
3.
Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur
itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b,
1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-gra fi bi -o-gra - fi
foto-grafi fo-to-gra-fi
intro-speksi in-tro-spek-si
kilo-gram ki-lo-gram
kilo-meter ki-lo-me-ter
pasca-panen as-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama
orang, badan hukum,
dan nama diri yang
lain disesuaikan dengan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali
jika ada pertimbangan khusus.
2. Penulisan Kata
A. Kata Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis
sebagai satu ke- satuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar menengok penetapan
mempermainkan dikelola
2. Jika
bentuk dasar berupa
gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal
E, Ayat 5.)
Misalnya:
bertepuk
tangan garis
bawahi
menganak sungai sebar
luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan
kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga
keterangan tentang tanda
hubung, Bab V, Pasal
E, Ayat 5.)
Misalnya:
Menggarisbawahi menyebarluaskan
Dilipatgandakan penghancurleburan
4. Jika
salah satu unsur
gabungan kata hanya
dipa- kai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati mahasiswa
aerodinamika mancanegara
antarkota multilateral
anumerta narapidana
audiogram nonkolaborasi
awahama Pa ncasila
bikarbonat panteisme
biokimia pari purna
caturtunggal poligami
dasawarsa pra muniaga
dekameter prasangka
demoralisasi purnawirawan
dwiwarna reinkarnasi
ekawarna sapta krida
ekstra kurikuler semiprofesional
elektroteknik subseksi
infrastruktur swadaya
inkovensional telepon
Catatan:
(1)
Jika bentuk terikat
diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
Non-Indonesia pan-Afrikanisme
(2) Jika kata maha
sebagai unsur gabungan
diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha
Pengasih
C.
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan meng- gunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak gerak-gerik
biri-biri huru-hara
buku-buku lauk-pauk
bumiputra-bumiputra mondar-mandir
centang-perenang porak-poranda
hati-hati ramah-tamah
hulubalang-hulubalang sayur-mayur
kuda-kuda tukar-menukar
kupu-kupu tunggang-langgang
kura-kura terus-menerus
laba-laba berjalan-jalan
mata-mata menulis-nulis
sia-sia dibesar-besarkan
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata
maje- muk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta
besar mata pelajaran
orang
tua simpang empat
kambing hitam meja
tulis
persegi panjang kereta api cepat luar biasa
model
linear rumah
sakit umum
2. Gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur
yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar buku sejarah-baru
ibu-bapak kami orang-tua muda
anak-istri saya mesin-hitung tangan
3. Gabungan kata berikut
dituli serangkai.
Misalnya :
acapkali
adakalanya
akhirulkalam
Alhamdulillah
Astagriullah
Bagaimana
Barangkali
Beasiswa
Belasungkawa
Bilamana
Bismillah
Bumiputra
Daripada
Darmabakti
Darmasiswa
Darmawisata
Dukacita
Halalbihalal
Hulubalang
Kacamata
Kasatmata
Kepada
Keratabasa
Kilometer .
manakala
manasuka
mangkubumi
matahari
olahraga
padahal
paramasastra
peribahasa
puspawarna
radioaktif
saptamarga
saputangan
saripati
sebagaimana
E. Kata Ganti –ku,kau-, -mu, dan -nya
Kata
ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan - nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang ku
miliki boleh kauambil.
Bukuku , bukumu, dan bukunya tersimpan
di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke, dan da ri
Kata
depan di, ke, dan dari ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai
satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat juga
Bab III, Pasal D, Ayat 3).
Misalnya :
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Siti sekarang? Mereka ada di
rumah.
la ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring
di bawah ini ditulis
serangkai.
Si Amin tebih tua daripa da Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat
perintah itu dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua
orang terkemuka di desa itu hadir
dalam kenduri itu.
G. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah
sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah
ibukota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apata h gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah
dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia
tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Catat
an:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun,
andaipun, ataupun, bagai manapun, biarpun, kalaupun, kendatip un, maupun,
meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis se-
rangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagai manapun juga akan dicobanya menyelesaikan
tugas itu.
Baik
para mahasiswa maupun mahasiswi ikut
berdemonstrasi.
Sekalip un belum memuaskan, hasil pekeraan dapat
dijadikan pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’,
dan ‘tiap’ ditulis
terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului
atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri
mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu persatu.
Harga kain itu Rp2.000.00 per helai.
I.
Singkatan dan Akroni m
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih.
a.
Singkatan nama orang,
nama gelar, sapaan,
jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
S. Kramawijaya
Muh . Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A. master of business adminis- trati on
M.Sc. master of
science
S.E. sarjana
ekonomi
S.Kar. sarjana ekonomi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. Bapak
Sdr. Saudara
Kol. Kolonel
b.
Singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya:
DPR Dewan
Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru
Republik Indonesia
GBHN Garis-garis
Besar Haluan Negara
SMTP sekolah menengah tingkat pertama
PT perseroan terbatas
KIP kartu tanda
pengenal
c.
Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau
lebih diikuti satu
tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
hlm. halaman
sda. sama dengan
atas
Yth. Yang terhormat Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
d.
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp rupiah
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun ga- bungan huruf dan suku kata dari deret
kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia
IKIP Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan
SIM surat izin
mengemudi
b.
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas
Badan Perencanaan Pemba- ngunan Nasional
Iwapi Ikatan Wanita
Pengusaha Indo- nesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Sespa Sekolah Staf Pimpinan Adminis- trasi
c.
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruh- nya ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
Catatan
:
Jika dianggap perlu membentuk akronim,
hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim
jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indo- nesia. (2) Akronim dibentuk dengan
meng- indahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indo-
nesia yang lazim.
J.
Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang
bi- langan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim di- gunakan angka Arab
atau angka Romawi.
Angka
Arab: 0, 1, 2, 3, 4,5,6, 7, 8, 9 Angka Romawi: I, II, III, IV,
V, VI, VII, VIII,
IX, X,
L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V (5.000),
M (1.000.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka
digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat,
luas, dan isi, (ii) satuan
waktu,
(iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1
jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
4 meter persegi tahun 1928
10
liter 17 Agustus l945
Rp5.000,00 50 dolar Amerika
US$3.50* 10 paun Inggris
$5.10* 100 yen
¥100 10 persen
2.000
rupiah 27 orang
* Tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan
nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka
digunakan juga untuk
menomori bagian karangan dan
ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan
huruf di- lakukan sebagai
berikut.
a.
Bilangan utuh Misalnya:
dua belas 12
dua
puluh dua 22
dua ratus dua puluh dua 222
b.
Bilangan pecahan Misalnya:
setengah ½
tiga
perempat ¾
seperenam belas 1/16
tiga
dua pertiga 3 2/3
seperseratus 1/100
satu
persen 1%
satu
permil 1 ‰
satu
dua persepuluh 1,2
6. Penulisan lambang bilangan tingkat
dapat dilakukan dengan cara
yang berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
Bab II Bab ke-2 Bab kedua
Abad XX Abad ke-20
Abad kedua puluh
Tingkat V Tingkat ke-5 Tingkat kelima
7. Penulisan lambang bilangan yang
mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Misalnya:
tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau
uang
li ma ribuan
uang lima 1000-an atau uang li ma seribuan
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa
lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di
antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan
yang ditempah untuk pengang- kutan umum terdiri atas 50 bus, 100 heli- cak, 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat
ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat di- ubah sehingga
bilangan yang tidak
dapat dinyata- kan dengan
satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak
Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
250 orang tamu diundang Pak Darmo.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka
yang menunjukkan bilangan
utuh yang besar dapat
dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman
250 juta rupiah.
Penduduk
Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis
dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam do- kumen resmi seperti akta
dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor
kami mempunyai dua puluh orang pe-
gawai.
Di
lemari itu tersimpan 805 buku dan ma-
jalah.
Bukan:
Kantor
kami mempunyai 20 (dua puluh) orang
pegawai.
Di
lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus
li- ma) buku dan majalah.
12. Jika
bilangan dilambangkan dengan
angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus
rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar
999,75 (sembilan
ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
3. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
A.
Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf
kapital atau huruf
besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
2. Huruf
kapital dipakai sebagai
huruf pertama pe- tikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “ Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “ Berhati-hatilah, Nak!”
“ Kemarin engkau
terlambat,” katanya.
“ Besok
pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat.”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab
suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah Alkitab Islam
Yang Mahakuasa Quran Kristen
Yang Maha Pengasih Weda
Tuhan akan
menunjukkan jalan yang benar
kepada hamba-
Nya.
Bimbinglah
hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau
beri rahmat.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keaga- maan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus
Salim Imam Syafii
Nabi Ibrahim
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai
huruf perta- ma nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak
diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru
saja diangkat menjadi
sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden
Adam Malik
Perdana Menteri
Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda
Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal
Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya
Huruf
kapital tidak dipakai
sebagai huruf perta- ma nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6. Huruf
kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur-unsur nama
orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf
Supratman
Halim Perdanakusumah Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf per- tama nama orang
yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan
ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
7. Huruf
kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
Huruf
kapital tidak dipakai
sebagai huruf perta- ma nama bangsa, suku,
dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar
kata turunan.
Misalnya:
mengidonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan
Agustus hari Natal
bulan
Maulid Perang Candu
hari
Galungan tahun Hijriah
hari
Jumat tarikh Masehi
hari
Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf
kapital tidak dipakai
sebagai huruf perta- ma peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno
dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata
membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf
kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara Kali Brantas
Banyuwangi Lembah Baliem
Bukit
Barisan Ngarai Sianok
Cirebon Pegunungan Jayawijaya
Danau Toba Selat Lombok
Dataran Tinggi
Dieng Tanjung Harapan
Gunung Semeru Teluk
Benggala
Jalan Diponegoro Terusan Suez
Jazirah Arab
Huruf
kapital tidak dipakai
sebagai huruf perta- ma istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara
Huruf
kapital tidak dipakai
sebagai huruf perta- ma nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon
10. Huruf
kapital dipakai sebagai
huruf pertama se- mua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta
nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keputusan Presiden R epublik Indonesia,
Nomor 57, Tahun
1972
Huruf
kapital tidak dipakai
sebagai huruf perta- ma
kata yang bukan
nama resmi negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan hukum
kerja
sama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang
yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terda-
pat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya:
Saya
telah membaca buku Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra .
Dia
adalah agen surat kabar Sinar Pemba-
ngunan.
13. Huruf
kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur singkatan
nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
M.A. master of
arts
S.H. sarjana hukum
S. S. sarjana sastra
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. Saudara
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak,
adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan
Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik
bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara
sudah saya terima.
“Silahkan duduk,
Dik” kata Ucok.
Besok paman akan
datang.
Huruf
kapital tidak dipakai
sebagai huruf perta- ma kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai
dalam pengacuan atau
penyapaan.
Misalnya:
Kita
harus menghormati bapak
dan ibu kita.
Semua
kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Huruf
kapital dipakai sebagai
huruf pertama kata ganti
Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda
tahu?
Surat Anda
telah kami terima.
B.
Huruf Miri ng
1. Huruf
miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan nama
buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip
dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa
dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
2. Huruf
miring dalam cetakan
dipakai untuk me- negaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama
ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauun g antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia.’
Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.
Catatan:
Dalam
tulisan tangan atau ketikan, huruf atau
kata yang akan dicetak miring
diberi, satu garis di bawahnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang dianalisis di atas, kesalahan ejaan dan kalimat tampak seperti hal yang lumrah terjadi di tempat-tempat umum. Data di atas hanya sebagian kecil dari begitu banyaknya kesalahan yang terdapat tempat umum. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kesalahan ejaan umumnya mencakup kesalahan tanda baca, kesalahan penggunaan kata baku, dan kesalahan prefiks. Sedangkan kesalahan kalimat mencakup kesalahan struktur dan kesalahan prinsip pemilihan kata.
Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak hanya terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa ilmu, aspek gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan. Jadi, setiap kalimat yang dibangun harus memenuhi syarat gramatikal.
B. Saran
Berdasarkan makalah diatas, perlu adanya peningkatan pemahaman penulisan yang sesuai dengan kaidah EYD. Tujuannya agar terciptanya ragam kebahasaan yang efektif, mudah dipahami, dan benar dilihat dari struktur serta ejaannya.