Jumat, 15 April 2016

Gambar Kesalahan EYD

Gambar 1

Kesalahan pada gambar diatas adalah sebagai berikut :
1.       Apotik – apotek
Penulisan pada gambar diatas seharusnya “Apotek” bukan “Apotik” karena apotik bukan kata baku sedangkan apotek adalah kata baku.
2.    Disini – Di sini
Penulisan pada gambar diatas seharusnya diberi spasi karena maksud di pada gambar diatas adalah menunjukkan tempat.


Gambar 2

Kesalahan pada gambar diatas adalah kata “Mesjid” yang seharusnya ditulis menjadi “Masjid”, karena masjid adalah kata baku.


Gambar 3

Kesalahan pada gambar diatas adalah sebagai berikut :
1.       Umroh – Umrah
Penulisan pada kata “Umroh” seharusnya ditulis menjadi “Umrah”, karena umrah merupakan kata baku sedangkan umroh bukan kata baku.
2.       Garis miring yang digunakan seharusnya tidak di beri spasi



Gambar 4

Kesalahan pada gambar diatas adalah kata “Tehnik” yang seharusnya ditulis menjadi “Teknik”, karena kata teknik merupakan kata baku dan tehnik bukan kata baku.



Gambar 5

Kesalahan pada gambar diatas adalah penulisan kata “Assesories” yang seharusnya ditulis menjadi “Aksesoris”, karena kata aksesoris merupakan kata baku sedangkan kata assesoris bukan kata baku.



Gambar 6

Kesalahan pada gambar diatas adalah penulisan kata “Waroeng” yang seharusnya ditulis menjadi “Warung”, karena waroeng bukan merupakan kata baku sedangkan kata warung merupakan kata baku.




Gambar 7

Kesalahan pada gambar diatas adalah sebagai berikut :
1.       Kwitansi – Kuitansi
Penulisan pada kata “Kwitansi” seharusnya ditulis menjadi “Kuitansi”, karena kuitansi merupakan kata baku sedangkan kwitansi bukan kata baku.
2.       Pamplet - Pamflet
Penulisan pada kata “Pamplet” seharusnya ditulis menjadi “Pamflet”, karena pamflet merupakan kata baku sedangkan pamplet bukan kata baku.




Gambar 8

Kesalahan pada gambar diatas adalah penulisan kata “Bad Cover” yang seharusnya ditulis menjadi “Bed Cover”, karena bad cover bukan merupakan kata baku sedangkan kata bed cover merupakan kata baku, serta arti kata bad cover adalah sampul buruk sedangkan bed cover adalah selimut.




Gambar 9

Kesalahan pada gambar diatas adalah sebagai berikut :
1.        Di jual - Dijual
Penulisan pada kata “Di jual” seharusnya ditulis menjadi “Dijual”, karena di jual dalam gambar diatas bukan menunjukan tempat sehingga tidak perlu dispasi. 
2.       Penulisan titik pada gambar diatas seharusnya tidak perlu ditulis, karena jika ingin memberi jarak pada nomor handphone gunakan spasi, atau tanda strip(-).




Gambar 10

Kesalahan pada gambar diatas adalah PT. seharusnya diganti PT karena PT pada gambar diatas merupakan singkatan dari Perseroan terbatas yang seharusnya tidak menggunakan titik  

Minggu, 10 April 2016

EYD kelompok 1Sipil 15


MAKALAH
      BAHASA INDONESIA
“EYD”
(PEMAKAIAN HURUF, PENULISAN KATA, PENULISAN HURUF KAPITAL, DAN HURUF MIRING)

OLEH :
1.      ANNAFI IKA T.        (H1A115401)
2.      RAFIQOH HUDA     (H1A115222)
3. M. NABIL ASRAR     (H1A115217)




KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
2016







KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sesuai waktu yang telah direncanakan.
            Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
            Penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia di semester 2 tahun akademik 2016/2017.
            Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada dosen pembimbing mata kuliah ini.

            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Banjarmasin, 30 Maret 2016
Penulis
 
 
 
 
 
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .............................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................ii
BAB I      PENDAHULUAN ...................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................1
BAB II    PEMBAHASAN  ......................................................................3
1.    Pemakaian Huruf ...................................................................3
2.  Penulisan Kata ......................................................................10
C.     Revisi Kesalahan Penggunaan Ejaan .....................................13
BAB III   PENUTUP ................................................................................14
A. Kesimpulan ............................................................................14
B. Saran ......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................15
 
 
 
 
 BAB I
             PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
     Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat Indonesia.  Seperti yang diketahui bahwa kegiatan komunikasi dimulai dari hal yang ingin disampaikan oleh komunikator, kemudian dilanjutkan dengan mengolah gagasan atau hal yang disampaikan komunikator sehingga hal yang disampaikan komunikator tersebut dapat diterima oleh komunikan dengan tepat. Dengan demikian, sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia harus mampu menyampaikan maksud komunikator dengan tepat.  Maksud atau amanat komunikasi ini bisa berupa informasi tentang fakta, peristiwa, ungkapan ide, pendapat, perasaan, keinginan, dan sebagainya. Hal-hal itu dituangkan dalam aspek kebahasaan yang berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau paraton (komunikasi lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan.
     Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi atau ragam-ragam, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam proses komunikasi (Sloka, 2006:118). Variasi-variasi tersebut sejajar, dalam pengertian tidak ada yang lebih tinggi daripada yang lain. Salah satu variasi tersebut “diangkat” untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Variasi tersebut dinamakan bahasa baku atau standar. Variasi-variasi yang lain, yang disebut variasi nonbaku atau nonstandard, tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai alat komunikasi dalam situasi yang tidak resmi.
     Bahasa Indonesia yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa baku.Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dengan demikian, bahasa yang digunakan harus sesuai kaidah-kaidah kebahasaan termasuk dalam penggunaan ejaan. Kesalahan penggunaan bahasa bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya.
             Oleh karena itu, melihat pentingnya penggunaan ejaan dengan tepat seperti yang telah disampaikan diatas, maka dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang analisis kesalahan penggunaan ejaan.
B.  Rumusan masalah
1.    Bagaimana pemakaian huruf kapital yang benar?
2.    Bagaimana penulisan kata yang benar?
3.    Bagaimana penulisan huruf kapital dan huruf miring yang benar?
C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui pemakian huruf kapital yang benar.
2.    Untuk mengetahui penulisan kata yang benar.
3.    Untuk mengetahui penulisan huruf kapital dan huruf miring yang benar.

 
II. PEMBAHASAN

1. Pemakaian Huruf
A.  Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf di sertakan disebelahnya.

Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A
a
a
J
j
je
S
S
es
B
b
be
K
k
ka
T
T
te
C
c
ce
L
l
el
U
U
u
D
d
de
M
m
em
V
V
fe
E
e
e
N
n
en
W
W
we
F
f
ef
O
o
o
X
X
eks
G
g
ge
P
p
pe
Y
Y
Ye
H
h
h
Q
q
ki
Z
Z
Zet
I
i
i
R
r
er





 
B.   Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indo- nesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.


Huruf Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
a
api
padi
lusa
c*
enak
petak
sore

emas
kena
tipe
i
itu
simpan
murni
o
oleh
kota
radio
u
ulang
bumi
ibu

*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).

                        Pertandingan itu berakhir seri.


C.   Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p. q, r,  s, t, v, w, x, y, dan  z.

Huruf Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
b c 

h 
k

         l
m

p
q** r

t v w
x** y
 z
bahasa cakap dua fakir guna hari jalan kami
lekas maka
nama  pasang Quran
raih sampai tali
varia wanita xenon yakin zeni
sebut kaca ada kafir tiga saham manja paksa rakyat* alas
kami
anak apa Furqan bara
asli mata lava hawa
payung lazim
adab
abad maaf balig tuah mikraj sesak bapak* kesal diam
daun
siap
putar lemas rapat
Juz

*  Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

 
D.  Huruf Di ftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
           
Huruf Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
ai
au
oi
ain
aula
syaitan saudar
boikot
pandai harimau amboi
E.   Gabungan  Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

Gabungan Huruf Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
kh
ng ny
 sy
khusus ngilu
nyata syarat
akh ir bangun hanyut isyarat
tarikh
senang
Arasy

 
F.  Pemenggalan Kata
1.   Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.  Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
ma-in           sa-at         bu-ah

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la                bukan                a-u-la
sau-da-ra        bukan                sa-u-da-ra
am-boi            bukan                am-bo-i
b.  Jika di tengah kata ada huruf konsonan, ter- masuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:

ba-pak
ba-rang
su-lit
la-wan
de-ngan
 ke-nyang
 mu-ta-khir



c.  Jika di tengah kata ada dua huruf kosonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan- huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di            som-bong          swas-ta        makh-luk
cap-lok           Ap-ril                 bang-sa


d.  Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konso- nan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men               ul-tra              
in-fra                         bang-krut
ben-trok                    ikh-las

2.   Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, terma- suk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an                  me-rasa-kan
mem-bantu               pergi-lah

Catatan :
a.  Bentuk dasar pada kata turunan sedapat- dapatnya tidak dipenggal.
b.  Akhiran -i tidak dipenggal. (Lihat juga ke- terangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)
c.  Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemeng- galan kata dilakukan sebagat berikut.
Misalnya:
te-lun-juk
si-nam-bung
ge-li-gi

3.   Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-gra fi            bi -o-gra - fi
foto-grafi           fo-to-gra-fi
intro-speksi       in-tro-spek-si
kilo-gram           ki-lo-gram
kilo-meter          ki-lo-me-ter
pasca-panen      as-ca-pa-nen

Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.



2. Penulisan Kata
 

A.  Kata  Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu ke- satuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.


B.  Kata Turunan
1.  Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar                    menengok                   penetapan
mempermainkan         dikelola

2.  Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
bertepuk tangan                       garis bawahi
menganak sungai                     sebar luaskan

3.  Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
Menggarisbawahi                    menyebarluaskan
Dilipatgandakan                      penghancurleburan

4.  Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipa- kai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:


adipati                    mahasiswa
aerodinamika           mancanegara
antarkota               multilateral
anumerta               narapidana
audiogram             nonkolaborasi
awahama               Pa ncasila
bikarbonat               panteisme
biokimia                  pari purna
          caturtunggal           poligami
          dasawarsa              pra muniaga
          dekameter              prasangka
          demoralisasi            purnawirawan
         dwiwarna                reinkarnasi
         ekawarna                 sapta krida
        ekstra kurikuler         semiprofesional
        elektroteknik            subseksi
        infrastruktur             swadaya
        inkovensional             telepon



Catatan:
(1)  Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
  Non-Indonesia                     pan-Afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih


C.   Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan meng- gunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak                                            gerak-gerik
biri-biri                                                 huru-hara
buku-buku                                            lauk-pauk
bumiputra-bumiputra                          mondar-mandir
centang-perenang                               porak-poranda
hati-hati                                               ramah-tamah
hulubalang-hulubalang                       sayur-mayur
kuda-kuda                                           tukar-menukar
kupu-kupu                                           tunggang-langgang
kura-kura                                             terus-menerus
laba-laba                                             berjalan-jalan
mata-mata                                          menulis-nulis
sia-sia                                                 dibesar-besarkan


D.  Gabungan Kata
1.  Gabungan kata yang lazim disebut kata maje- muk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar                                mata pelajaran
orang tua                                 simpang empat
kambing hitam                         meja tulis
persegi panjang                       kereta api cepat luar biasa
model linear                             rumah sakit umum





2.  Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar                            buku sejarah-baru
ibu-bapak kami                                     orang-tua muda
anak-istri saya                                    mesin-hitung tangan

3.  Gabungan kata berikut dituli serangkai.
Misalnya :



acapkali
adakalanya
akhirulkalam
Alhamdulillah
Astagriullah
Bagaimana
Barangkali
Beasiswa
Belasungkawa
Bilamana
Bismillah
Bumiputra
Daripada
Darmabakti
Darmasiswa
Darmawisata
Dukacita
Halalbihalal
Hulubalang
Kacamata
Kasatmata
Kepada
Keratabasa
Kilometer .
manakala
manasuka
mangkubumi
matahari
olahraga
padahal
paramasastra
peribahasa
puspawarna
radioaktif
saptamarga
saputangan
saripati
sebagaimana





E.   Kata Ganti –ku,kau-, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -  nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang ku miliki boleh kauambil.
Bukuku , bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

 
F.  Kata Depan di, ke, dan da ri
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3).
Misalnya :
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Siti sekarang? Mereka ada di rumah.
la ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
 
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin tebih tua daripa da Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.


G.  Kata si dan  sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

H.  Partikel
1.  Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apata h gunanya bersedih hati?

2.  Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Catat an:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagai manapun, biarpun, kalaupun, kendatip un, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis se- rangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagai manapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalip un belum memuaskan, hasil pekeraan dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3.  Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului  atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu persatu.
Harga kain itu Rp2.000.00 per helai.


I.   Singkatan dan Akroni m
1.  Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.  Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
S. Kramawijaya
Muh . Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A.           master of business adminis- trati on
M.Sc.             master of science
S.E.                sarjana ekonomi
S.Kar.              sarjana ekonomi
S.K.M.           sarjana kesehatan masyarakat
Bpk.              Bapak
Sdr.                 Saudara
Kol.               Kolonel

b.  Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR        Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI       Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN     Garis-garis Besar Haluan Negara
SMTP     sekolah menengah tingkat  pertama
PT          perseroan terbatas
KIP          kartu tanda pengenal

c.  Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll.          dan lain-lain
dsb.        dan sebagainya
dst.         dan seterusnya
hlm.        halaman
sda.        sama dengan atas
Yth.         Yang terhormat Tetapi:
a.n.         atas nama
d.a.         dengan alamat
u.b.         untuk beliau
u.p.         untuk perhatian

d.  Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu           kuprum
TNT        trinitrotoluen
cm          sentimeter
kVA          kilovolt-ampere
l              liter
kg           kilogram
Rp          rupiah


2.  Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun ga- bungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.  Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI       Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN         Lembaga Administrasi Negara  
PASI         Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP         Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM         surat izin mengemudi

b.  Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
  Akabri          Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas     Badan Perencanaan Pemba- ngunan Nasional
Iwapi            Ikatan Wanita Pengusaha Indo- nesia
Kowani         Kongres Wanita Indonesia
Sespa           Sekolah Staf Pimpinan Adminis- trasi

c.  Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruh- nya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu    pemilihan umum
radar      radio detecting and ranging
rapim     rapat pimpinan
rudal      peluru kendali
tilang     bukti pelanggaran
Catatan :
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1)  Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indo- nesia. (2) Akronim dibentuk dengan meng- indahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indo- nesia yang lazim.


J.   Angka dan Lambang Bilangan
1.  Angka dipakai untuk menyatakan lambang bi- langan atau nomor. Di dalam tulisan lazim di- gunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab:     0, 1, 2, 3, 4,5,6, 7, 8, 9 Angka Romawi:  I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII,
IX, X,  L (50),  C (100), D
(500), M (1.000), V (5.000),
M (1.000.000)
Pemakaiannya  diatur  lebih lanjut  dalam pasal-pasal yang berikut ini.


2.  Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu,
(iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya:
0,5 sentimeter       1 jam 20 menit
5 kilogram             pukul 15.00
4 meter persegi     tahun 1928
10 liter                  17 Agustus l945
Rp5.000,00            50 dolar Amerika
US$3.50*               10 paun Inggris
$5.10*                   100 yen
¥100                      10 persen
2.000 rupiah          27 orang
* Tanda titik di sini merupakan tanda desimal.


3.    Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169

4.  Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9

5.  Penulisan lambang bilangan dengan huruf di- lakukan sebagai berikut.
a.   Bilangan utuh Misalnya:
dua belas                               12
dua puluh dua                        22
dua ratus dua puluh dua        222

b.   Bilangan pecahan Misalnya:
setengah                      ½
tiga perempat             ¾
seperenam belas         1/16
tiga dua pertiga           3 2/3
seperseratus                1/100
satu persen                  1%
satu permil                  1
satu dua persepuluh    1,2

6.  Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
Bab II Bab ke-2 Bab kedua
Abad XX Abad ke-20
Abad kedua puluh
Tingkat V Tingkat ke-5 Tingkat kelima

7.  Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Misalnya:
tahun ’50-an       atau   tahun lima puluhan
uang 5000-an     atau    uang li ma ribuan
uang lima 1000-an  atau   uang li ma seribuan

8.  Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengang- kutan umum terdiri atas 50 bus, 100 heli- cak, 100 bemo.

9.  Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat di- ubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyata- kan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
250 orang tamu diundang Pak Darmo.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman
250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.

11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam do- kumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pe- gawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan ma- jalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus li- ma) buku dan majalah.

12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
     Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima  perseratus rupiah).







3. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
A.   Huruf Kapital atau Huruf Besar
1.  Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.

2.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pe- tikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “ Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, Berhati-hatilah, Nak!”
Kemarin engkau terlambat,” katanya.
Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat.”

3.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah                                                  Alkitab                         Islam
Yang Mahakuasa                              Quran                          Kristen
Yang Maha Pengasih                        Weda
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba- Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keaga- maan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim Imam Syafii
Nabi Ibrahim

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf perta- ma nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.


5.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf perta- ma nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah Ampere

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf per- tama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere

7.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf perta- ma nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengidonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan

8.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustus                            hari Natal
bulan Maulid                             Perang Candu
hari Galungan                            tahun Hijriah
hari Jumat                                 tarikh Masehi
hari Lebaran                              Proklamasi  Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf perta- ma peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara                             Kali Brantas
Banyuwangi                                 Lembah Baliem
Bukit Barisan                               Ngarai Sianok
Cirebon                                        Pegunungan  Jayawijaya
Danau Toba                                 Selat Lombok
Dataran Tinggi Dieng                 Tanjung Harapan
Gunung Semeru                          Teluk Benggala
Jalan Diponegoro                        Terusan Suez
Jazirah Arab

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf perta- ma istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf perta- ma nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama se- mua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keputusan Presiden R epublik Indonesia,
Nomor 57, Tahun 1972

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf perta- ma kata yang bukan nama resmi  negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terda- pat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra .
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pemba- ngunan.



13.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr.                doktor
M.A.              master of arts
S.H.           sarjana hukum
S. S.              sarjana sastra
Prof.             profesor
Tn.                tuan
Ny.                nyonya
Sdr.               Saudara

             14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silahkan duduk, Dik” kata Ucok.
Besok paman akan datang.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf perta- ma kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima.

B.   Huruf Miri ng
1.  Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya

2.  Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk me- negaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3.  Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauun g antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia.’
Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.

Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi, satu garis di bawahnya.









BAB V
PENUTUP


A.  Kesimpulan       Berdasarkan data yang dianalisis di atas, kesalahan ejaan dan kalimat tampak seperti hal yang lumrah terjadi di tempat-tempat  umum. Data di atas hanya sebagian kecil dari begitu banyaknya kesalahan yang terdapat tempat umum. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kesalahan ejaan umumnya mencakup kesalahan tanda baca, kesalahan penggunaan kata baku, dan  kesalahan prefiks. Sedangkan kesalahan kalimat mencakup kesalahan struktur dan kesalahan prinsip pemilihan kata.
       Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak hanya terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa ilmu, aspek gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan. Jadi, setiap kalimat yang dibangun harus memenuhi syarat gramatikal.

B.  Saran
          Berdasarkan makalah diatas, perlu adanya peningkatan pemahaman penulisan yang sesuai dengan kaidah EYD. Tujuannya agar terciptanya ragam kebahasaan yang efektif, mudah dipahami, dan benar dilihat dari struktur serta ejaannya.